Bertemu
lagi dengan pembahasan ‘new media’ atau sebuah hal yang sering dikaitkan erat
dengan internet. Untuk kali tema khusus yang akan dibahas adalah, bagaimana
saat ‘new media mulai bersentuhan dengan dunia anak’. Dalam hal ini terdapat
sebuah chapter yang berjudul ‘Children And New Media ‘ oleh Buckinghum. Hal ini
merupakan salah satu chapter yang menjelaskan adanya dunia anak yang mulai
terpengaruhi oleh dunia komputer dan juga media online tersebut dalam sebuah
permainan game yang ada di dalamnya.
Siapa
yang tidak mengetahui permainan yang ada di dalam komputer sekarang ini? game
komputer atau bahkan game online sudah sangat banyak diketahui, dan bahkan
diminati oleh masyarakat. Permainan ini merupakan salah satu model permainan
yang diciptakan oleh kemajuan teknologi, yang akhirnya membuat banyak sekali
orang yang tertarik untuk memainkannya.
Hal ini ternyata mempunyai dampak yang besar, khususnya anak-anak. Sekarang ini banyak sekali anak-anak yang telah mengetahui permainan tersebut dan tidak dapat berhenti untuk terus memainkannya di waktu yang dia bisa. Dan beberapa diantaranya, melakukannya hingga larut malam karena terlena dengan keasyikan game yang ada di dalam komputer.
Untuk
menyikapi hal tersebut, ada sebuah hal yang menarik yang dapat menjadi
pembahasan pada tulisan kali ini. Terdapat perbedaan yang menarik antara
pendapat yang diberikan oleh cf.Radway dan juga Jessen, Pada penelitian yang
memang pada saat itu digunakan, menyebutkan bahwa memang game komputer
merupakan salah satu permainan yang dapat membuat anak-anak atau penggunanya
menjadi orang yang memang antisosial. Permainan game komputer yang memang
sekarang ini sering kita lihat membuat munculnya sikap individual, mengejar
keterisolasian, dan juga juga memiliki fokus yang membuatnya tidak banyak
berinteraksi atau berbicara dengan orang lain.
Hal
itu disebutkan tentu saja setelah melihat banyaknya anak yang hanya bermain di
depan komputer, tanpa memperhatikan apa yang ada di sekitarnya. Biasanya, hal
ini dilakukan tidak hanya di rumah, tetapi sering juga di dalam warnet yang
merupakan tempat bermain game yang seakan menjadi tempat nyaman yang tidak
dapat dipindahkan. Banyak sekali anak-anak yang tidak berinteraksi dengan
temannya dalam waktu yang lama karena memang sedang sibuk dan tidak dapat
diganggu dengan permainan komputer tersebut.
Pada saat ini, kita dapat melihat
contoh dari salah satu film sinematografi “permainan tradisional, riwayatmu
kini” yang memang membuat kita dapat melihat banyaknya hal yang disebutkan di
atas, yang dapat dibuktikan dengan kehidupan yang diperlihatkan dalam film
tersebut. Yang memang ditunjukkan melalui anak-anak yang hanya diam lama dengan
berdiam di depan komputer untuk bermain game.
Tetapi disisi lain, terdapat pernyataan Cf Radway yang memang
mengatakan bahwa budaya dalam bermain game melibatkan pembangunan berkelanjutan
dari sebuah “komunitas interpretative”. Yang akhirnya diberikan pendapat oleh
Jessen, yang berpendapat, bahwa mungkin lebih cocok dengan pola bermain
anak-anak dari media yang lebih tua seperti buku yang memang dapat sendirian dikonsumsi.
Buku dan juga permainan komputer,
tentunya merupakan dua hal yang sangat berbeda, dan dampak yang berbeda pula
untuk setiap anak. Dari beberapa diskusi dan juga menurut beberapa pengalaman. Efek
yang ditimbulkan oleh buku lebih ke arah perkembangan akademis. Yang memang
biasanya diisikan dalam buku yang ada. Tetapi, permainan lebih mengembangkan
kreatifitas anak dan juga soft skill yang dimilikinya. Tetapi yang terjadi
sekarang ini adalah banyak sekali hal negative yang dapat timbul dalam sebuah permainan,
yang justru sangat merugikan perkembangan anak itu sendiri.
Survei
berbasis penelitian sering membangun korelasi antara bermain game dan hubungan menyebutkan
statusnya negatif seperti miskin harga diri, meskipun bukti yang dapat
diandalkan tentang arah dan signifikansi dari setiap hubungan kausal jarang
tersedia (e.g, Funk and Buchman,1996)
Hal tersebut sama seperti yang disebutkan oleh Funk dan Buchman diatas,
interaksi yang dilakukan jika seorang anak akan menjadi lebih sedikit yang
membuat semuanya tidak sesuai dengan seharusnya. Sangat penting bagi seorang
anak untuk mengenal teman dan juga lingkungan nyata yang ada di sekitarnya. Dan
jika seorang anak terlalu lama berada di depan komputer, maka yang terjadi
adalah kemungkinan dia akan menganggap dunianya sama dengan dunia yang
dimainkan dalam komputer menjadi lebih besar.
Kita dapat
melihat dari contoh yang ada di sekitar kita. Pada sekitar tahun 2000, pada
waktu itu musim pertama permainan ‘smack down’ yang memang diambil dari sebuah
program dan acara film pada waktu itu. Anak-anak sering memainkan dan jarang
berinteraksi dengan teman-temannya. Dan ketika dia berinteraksi langsung dengan
teman-temannya, dia mengutamakan dirinya sebagai tokoh dalam smack down
tersebut. Dan akhirnya berakibat fatal. Beberapa berita menayangkan kekerasan
pada anak, dan sebagainya yang tentu saja sebenarnya tidak dapat kita biarkan
begitu saja.
Jadi, media berbasis komoditas menjadi
faktor penting dalam perkembangan sosial budaya anak-anak sebaya. Apa yang
mereka tonton atau yang mereka mainkan melalui game digital atau tayangan
televisi diaplikasikan dalam dunia sosial dan budaya pada kelompok anak-anak.
kelompok anak-anak sebaya terbangun dunia sosial budayanya melalui apa yang
mereka mainkan dan mereka tonton.
Terlepas dari apakah pembangunan sosial budaya
tersebut memiliki nilai yang positif maupun sebaliknya atau apakah menjadikan
pembangunan tersebut berjalan ke arah yang lebih baik atau tidak.
Dari hal yang diatas, tentunya kita
dapat mulai lebih bijak dalam menentukan pilihan untuk bermain game terhadap
anak-anak. Akan sangat berbahaya jika memang hal tersebut tidak ditangani
secara serius, dan akan menjadi suatu budaya yang akhirnya tidak dapat
dilepaskan. Sebenarnya permainan game tersebut bukanlah menjadi masalah, jika
memang berada dalam takaran yang pas dan tentu saja, dengan pengawasan yang
akan membuat dampak dari film tersebut secara negative, dapat diminimalisirkan
dari anak-anak.
Sumber :"Children and New Media" David Buckingham
Tidak ada komentar:
Posting Komentar